Sabtu, 24 September 2011

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BRONCHOPNEUMONIA

TINJAUAN TEORITIS

  1. KONSEP PENYAKIT

v  PENGERTIAN

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi.
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

v  ETIOLOGI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. antara lain:

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma

v  PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcu;s, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.









MAPPING BRONCHOPNEUMONIA

Mikroorganisme terhirup atau tersebar melalui darah dari sumber yang lain
Polisakarida melindungi mikroorganisme dari PMN menghilangkan inflamasi sampai sistem imun teraktifasi
Antibody memajankan dinding sel yang ada dibawahnya leokosit direkrut ke paru
Sitokin diproduksi, permeabilitas epitel alveolus meningkat, dan teichoic acid dari organisme memulai rangkaian pro-koagulan
Saat mikroorganisme dihancurkan komponen dinding sel akan dilepaskan, dan lepaslah penoimolisin yang bersifat sitotoksit bagi sel paru
Perubahan patologi paru yang besar meliputi pembendungan ( eksudasi cairan kedalam alveolus ), hepatitis merah ( kebocoran eritrosit kedalam alveolus ), dan hepatitis abu ( migrasi leokosit kedalam alveolus )
Respon inflamasi intensif menyebabkan “ krisis” klinis pada akhirnya menurunkan demam
Fibrasi dengan resolusi

SUMBER

Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks merupakan rute infeksi yang paling sering. Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah (hematogen) dari area infeksi yang jauh, dan penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
Jalan nafas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi pembersihan mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi endotrakeal.
Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, reflex muntah, ekspulsi mukosiliar, surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit(PMN), dan imunitas seluler dan humoral. Pertahanan ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mucus yang abnormal (mis., kistik fibrosis atau bronchitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah baring berkepanjangan.tanpa menyebabkan inflamasi yang bermakna.
PMN dan memulai rangkaian inflamasi denga pelepasan berbagai sitokin termasuk leukotrien, faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen, dan protease.
Inflamasi tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami ketidakcocokan ventilasi/perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel paru yang meluas, ini membantu membasmi mikroorganisme intrasel seperti tuberkolosis atau klamidia, tetapi juga turut andil dalam proses patologis kerusakan paru.
Infeksi dan inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan bakteremia yang mengakibatkan meningitis atau endokarditis, sindrom respon inflamasi sistemik (systemic inflamatiry response syndrome,SIRS), dan/atau sepsis
Faktor virulensi dari berbagai mikroorganisme dapat mempengaruhi patofisiologi dan perjalanan klinis penyakit. Sterptococcus pneumonia (pneumococcus) merupakan contoh yang sangat tepat.

v  MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

v  KOMPLIKASI

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

v  PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1.Pemeriksaan Laboratorium
            A.Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).
            B.Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
 Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
· Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
· Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba.
2.Pemeriksaan Radiologi
· Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. · Laringoskopi/ bronkoskopi
untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat.

  1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
            1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.
            2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
            3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
            4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
            5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,        gelisah, sianosis
b. Pemeriksaan fisik
            1) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung
            2) Auskultasi paru ronchi basah
            3) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal
            4) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru)
c. Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan
            1) Usia tingkat perkembangan
            2) Toleransi / kemampuan memahami tindakan
            3) Koping
            4) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua
            5) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
d. Pengetahuan keluarga / orang tua
            1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan
            2) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan
            3) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya



DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
    pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,  
    gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
    berlebih, penurunan masukan oral.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik
    sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan
    toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari- 
    hari.

FOKUS INTERVENSI

1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan :
- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas
- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius

Intervensi :
Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

Intervensi :
Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas

Intervensi :
Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara

Intervensi :
Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk.
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.

Intervensi :
Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.






2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran 
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguanpengiriman oksigen.

Tujuan :
-          Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
-     Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
-          Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :
a.                    kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan
Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b.                    Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
c.                     Kaji status mental
Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia.
d.                    Awsi frekuensi jantung/ irama
Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi.
e.                    Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam
dan menggigil
Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.
f.                      Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan
batuk efektif
Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi.
g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi
Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Tujuan:
- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
            Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja    nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.
            Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.
c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.
            Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan     pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
            Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya        kelainan.
e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.
            Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
            Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
g. Berikan humidifikasi tambahan
            Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan.
h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage
            Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari   segmen paru ke dalam bronkus
.
4. DP : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan 
    kehilngan   cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi :
Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi.
Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan
Catat lapporan mual/ muntah.
Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
Pantau masukan dan haluaran urine.
Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan

5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan :
- Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.
            Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan
    mulut.
            Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat         menurunkan mual
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
            Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.
            Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi    abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin     bakteri pada saluran gastro intestinal
e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang
    menarik untuk pasien.
            Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan          mungkin lambat untuk kembali
f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
            Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya            tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi

6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas    hidup sehari-hari.
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Intervensi :
Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional :
Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.
Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.
Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, EGC : Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar